Rabu, 27 Maret 2019

KEGAGALAN KONSTRUKSI



NAMA             : LA ODE AWAL RAMADHAN
NPM                : 17630067


ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DARI PERSPEKTIF
SOCIO  ENGINEERING SYSTEM

ABSTRAK

Salah satu penyebab utama kerentanan fisik dan lingkungan adalah kegiatan manusia dalam membangunlingkungan-binaannya,  dan  hal ini sangat erat terkait dengan sektor konstruksi. Cara membangun   yan salah, bai dari  seg perencanaan   dan     perancangan     maupu dari  segi pelaksanaan  dan pengawasanny dapatmenghasilkan  infrastruktur yang rentan terhadap bencana, selain juga risiko degradasi lingkungan. Hasil studi data statistik kegagalan, memperlihatkan bahwa Practitioners  mempunyai  saham dan potensi yang lebih besar dariTheoreticians  dalam menekan resiko  kegagalan.  Persentas resiko  terbesar  datan dari  Human  Activities  danHuman  AttitudeSocio-Engineering  berfokus  pada atribut yang meleka pada seseoran seperti  , sikap (attitude), keahlian (skill) nilai/norma yang diyakini (values), relasi sesama manusia, pengakuan dan penghargaan (rewardsystem), wewenang struktural (authority structure). Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu teori yang berfungsiuntuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Penelitian  ini menganalisi Kegagalan  Konstruksi dari Perspektif    Soci  Engineerin System. Pengaruh Socio  Engineering System terhadap kegagalan  kontruksidan bangunan sangat beresiko ( 66,7 %) dalam artinya perilaku   manusia memiliki peranan yang cukup berartidalam kegagalan konstruksi.   Kegagalan    konstruksi   dilihat   dari   perspektif   socio   engineering   system   yang berpengaru yaitu  pada  tahap  perencanaan,  dokume perencanaa dan  proses  pengadaan.  Pada tahap inifaktor   yang dapat  mengakibatkan  kegagalan  kontruksi sepert persainga yang tidak sehat ,korupsi kolusi, nepotisme (KKN) dan penyuapa agar memenangka tender PengadaaBaran dan Jasa (90,0 % ),Terjadiny persekongkola denga Owne untuk  mengatu harga penawaran diluar prosedur pengadaan(80,00%)Keinginan Owner untuk meraih keuntungan yang tidak normal ( Fee Proyek ) dengan menekan imbalan jasa darikonsultan Perencana Kontraktor diluar kontrak yang telah disepakati (76,7%).





BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu penyebab utama kerentanan fisik dan lingkungan adalah kegiatan manusia dalam membangunlingkungan-binaannya,  dan  hal ini sangat erat terkait dengan sektor konstruksi. Cara membangun   yan salah,  bai dari  seg perencanaan   dan     perancangan     maupu dari  segi pelaksanaan  dan pengawasanny dapatmenghasilkan  infrastruktur yang rentan terhadap bencana, selain juga risiko degradasi lingkunganUntukmendapatkan faktor penyebab kegagalan konstruksi tidaklah mudah. Seringkali sumber dari kegagalan itu sendirimerupakan akumulasi dari berbagai faktor. Oyfer (2002) menyatakan bahw“Construction  failures, includingquality defects may stem from not only single but also multiple sources”. Sedangkan Pranoto (2007) menyebutkanbahwa sumber kegagalan konstruksi seringkali dipengaruh oleh faktor alam dan perilaku manusia.  Faktor alamdicontohkan  sebagai kegagalayang terjadi akibat perubahan dinamik dari alam seperti letusan gunung berapi,banjir, gelombang laut dan gempa bumi. Perilaku manusia juga berperan signifikan  terhadap kegagalan konstruksi. Vickynason (2003) menyatakan bahwa 80% dari total projects risk in construction dimungkinkan penyebabnya faktor manusia. Riset yang dilakukan Oyfer (2002) menyatakan “construction defects” di Amerikadisebabkan oleh faktor manusia (54%), desain (17%), perawatan (15%), material (12%), dan hal tak terduga (2%).
Pada umumnya kasus pada pekerjaan konstruksi didominasi oleh penyimpangan berupa pengaturan lelang,kekuranga volume  pekerjaan,   ketidak-sesuaian  spesifikas berupa penguranga kualitas pekerjaan,   pemahalanharga atau mark udan keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Hal ini merupakan  penyimpangan  pada pekerjaan konstruksi.  Yang nantinya  hal ini akan menimbulkan gejala lain, yang tampaknya meningkat menjadi lebihdominan pada masa resesi ekonomi dewasa ini. Gejala  dimulai  dari keinginan  dari pihak yang terkait memperoleh  short-term  profit dengan menempuh  jalur  yang  tidak  normal  dan menggantiny denga kompetisi yan didasarka pada besarnya angka rupiah semata.
Dengan   memahami   hal   tersebut,   dapat   dikembangkan   kebijakan-kebijakan   pro-aktif   untumembangunkonstruksi Indonesia agar mampu berperan positif dalam mengurangi risiko kegagalan konstruksi






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Kegagalan Konstruksi
Kegagalan konstruksi merupakan kegagalayang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan ini dapatdisebabkan karena kegagalan pada proses pengadaan barang atau jasa, atau kegagalan saat prosespelaksanaan konstruksi. Kegagalan perkerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yangtidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagaakibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa. (PP. 29/2000pasal 31 tentang Penyelenggaran Jasa Konstruksi).
Untuk   mendapatkan   faktor   penyebab   kegagalan   konstruksi   tidaklah mudah. Seringkali sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi dari berbagai faktor. Oyfer (2002)   menyatakan constructiondefects di Amerika disebabka oleh faktor manusia (54%), desain  (17%), perawatan (15%), material (12%), dan hal tak terduga (2%). Vickynason (2003) menyatakan bahwa 80% dari total projects risk in constructiondimungkinkan penyebabnya faktor manusiaSementara itu, Carper (1989) menyatakan bahwa penyebabpotensial untuk kegagalan konstruksi secara umum disebabkan oleh : site selection and site developments errors,  programing  deficiencies,  construction  errors,  material deficiencies and operational errors

2.2.  Masalah dan Penyelesaian Kegagalan Proyek Konstruksi
Herry Ludiro Wahyono (2011), faktor yang mempengaruhi kegagalan proyek yaitu konstruksi biayyangdialokasikan, kualitas pelaksanaan pekerjaan, serta waktu pelaksanaan. Kegagalan konstruksi padabangunan gedung terjadi padkegagalan : elemen struktur dengan rata-rata penyimpangan sebesar 4,36% dari nilai kontrak, elemen atap 2,53%, pondasi 0,15%, utilitas 0,12% dan finishing
0,07%. Kesuksesan proyek konstruksi tergantung dari peran pengawas. Dalamodel : Pengawas internal (Kontraktor) dan pengawas eksternal (KonsultaPengawas) berpengaruh signifikan terhadap kualitas proyek,sehingga untumemperkuat fungsi pengawas perlu pemenuhan terhadap kode etik profesi pengawas  yang tertuan dalam  Surat  Keputusa Sertifika Keahlian Faktor internal Supervisi (Kontraktor)  mempengaruhikualitas dan eksternal supervis(KonsultaPengawas), sedangkan faktor kualitas sangat tergantungeksternal Supervisi.
Menurut Ervianto (2002), manajemen pengelolahan setiap proyek rekayasa sipil meliputi fungsi dasarmanajemen, yaitu :
a)         Perencanaan (Planning)
Setiap proyek konstruksi pasti selalu dimulai dengan proses perencanaan agar proses ini berjalandengan baik makditentukan terlebih dahulu   sasaran   utamanya.   Perencanaan   dapat   didefinisika sebagai peramalan masyang akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yanakan dilakukan untukmencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan peramalan   tersebut.   Bentuk   perencanaan   dapat  berupa   perencanaan prosedur, perencanaan metoda kerja, perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan  anggara biaya perencanaa program  (rencan kegiatan beserta jadwal).

b)         Pengawasan (supervising)
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu-individu dalamorganisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini berlangsung secara berkelanjutan dari waktu ke waktu guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai proseduryang ditetapkan untuk hasil yang diinginkan.

c)         Pelaksanaan (construction)
Dalakenyataannya, kegiatan ini dilakukan oleh pihak pelaksana konstruksi dapihak pemilikiproyek. Pengawasan dilakukan oleh pelaksanaan konstruksi bertujuan mendapatkan hasil yang telahditetapkan oleh pemiliki proyek, sedangkan pengawasan oleh pemiliki bertujuamemperoleh keyakinanbahwa apa yang akaditerimanya sesuai dengan apa yang dikehendaki. Parameter hasil pelaksanaankegiatan dituangkan dalam spesifikasi.

Sanksi atau hukuman mengenai kegagalan konstruksi dapat ditinjau dari Undang Undang RNo. 18 Tahun 1999 dalam pasal 43 sebagai berikut:
1.         Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidamemenuhi ketentuanketeknikan dan mengakibatkakegagalapekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenaipidana paling lama 5 (lima) tahun  penjara  atau  dikenaka denda  paling  banya 10 (sepuluh perseratus) dari nilai kontrak.
2.      Barang  siapa  yang  melakukan  pelaksanaa pekerjaa konstruksi  yang bertentangan atau tidaksesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkakegagalapekerjaankonstruksi atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
3.      Barang   siapa   yang   melakukan   pengawasan   pelaksanaan   pekerjaan konstruksi dengan sengajamemberi kesempatan kepada orang lain yanmelaksanakapekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun  penjara  atau  dikenakan denda  paling  banya 10 (sepuluh  per seratus) dari nilai kontrak.
2.1.   Pengembangan Kuisioner
Kuisioner dambil dari ilmu tentang kegagalan struktur bangunan yang merupakan keadaan bangunanyang tidak berfungsi, baik secara keseluruhamaupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dankesehatan kerja dan keselamatan umum, sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasasetelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Kegagalan bangunan karena strukturnya gagaberfungsidapat menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban jiwa. Olekaren itperlu diantisipasi secara cermat Penanggung jawab kegagalan bangunan dapat dikenakan kepada institusi maupun  orang perseorangan,  yang  melibatkan  keempat  unsur  utam dalam
pembangunan yaitu :
1)         menurut Undang-undang No. 18 tahun 1999, pasal 26, ketiga unsur utama proyek yaitu: perencana,pengawas dan kontrakto(pembangun).
2)         menurut   pasal   27,   jika   disebabkan   karena   kesalahan   pengguna jasa/bangunan dalampengelolaan dan menyebabkan kerugian pihak lain, maka pengguna jasa/bangunan wajib bertanggung-jawab dan dikenai ganti rugi.
Penyebab   keruntuhan   yang   munkin   terjadi   berdasarkan   data   yang dikumpulkan pengamatan dilapangan, maka akibat beberapa hal sebagai berikut:
a.       Pemilihan lokasi yang beresiko
b.      Ketentuaproyek yang tidak jelas
c.       Kesalahaperencanaan
d.      Kesalahapelaksanaan
e.       Material yang tidak bermutu

Dalam kegagalan proyek konstruksi tidak lepas dari ketiga unsur utama di atas. Berikut faktor-faktoryang menyebabkan kegagalan proyek konstruksi dalam bidang perencanaahingga pelaksanaan.
1.            Penyeba kegagala perencan umumny disebabka oleh  beberapa  faktor yaitu:
a.          Tidak mengikuti TOR
b.         Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang berlaku,
c.          Terjadi kesalahadalam penulisan spesifikasi teknik,
d.         Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data  perencanaa dan dala menghitung  kekuatan  rencan suatu komponekonstruksi,
e.          Perencanaan  dilakuka tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang cukup dan akurat.
f.          Terjadi   kesalahan   dalam   pengambilan   asumsi   besaran   rencan(misalnya beban rencana) dalam perencanaan,
g.         Terjadi kesalahaperhitungan arithmatik,
h.         Kesalahagambarencana

2.            Penyebab kegagalapengawas umumnya disebabkan oleh :
a.       Tidak melakukan prosedur pengawasadengabenar,
b.      Tidak mengikuti TOR,
c.       Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
d.      Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh metode konstruksi yangbenar,
e.       Menyetuju gamba rencana  kerj yang  tida didukung  perhitungan teknis.
3.            Penyebab kegagalapengawas umumnya disebabkan oleh :
a.       Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,
b.      Salah mengartikan spesifikasi,
c.       Tidak melaksanakapengujian mutu dengan benar,
d.      Tidak menggunakan material yang benar,
e.       Salah membuat metode kerja,
f.       Salah membuat gambar kerja,
g.      Merekomendasikan penggunaan peralatayang salah.














BAB III
METODOLOGI

Dengan  penelitian  ini maka akan dapat dibangun  suatu teori yang berfungsi  untuk menjelaskanmeramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Penelitian ini menganalisis  Kegagalan Konstruksi dari Perspektif     Socio   Engineering   System Untu memberikan   kepastian,   data  yang  dimiliki berdistribusi normal atau tidak, makadigunakan ujstatistik normalitas.Untuk itu perlu suatu pembuktian. uji statistik normalitas yang digunakan dalampenelitian ini adalah  Chi-Square. Salah satu  metode  dala penelitian  adala metode  deskriptif  kuantitatif,  dimana  suat metode  dalameneliti status sekelompo manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sytempemikiran,  ataupun kelas  peristiwa  pad masa  sekarang  tujuan  utama  dalam  melakukan  penelitian  deskripti ialah untuk menggambarkan situasi atau objek dalam fakta yansebenarnya, secara sistematis dan karakteristik dari subjek dan objek tersebut diteliti secara akurat, tepat dan sesuai kejadian yang sebenarnya.

Mulai
Mengkaji Praktek-Praktek dari pelaku kostruksi
Kajian Faktor penyebab peretakan pada konstruksi
Strudi Kasus validasi factor penyebab
Analiss Keretakan sosio engineerin system
Survei dan Pengumpulan data
Kajian proses konstruksi dan stakeholdernya
Kajian Pustaka
Ø  Survey sekunder
Ø  Wawancara
Ø  Observasi
Ø  kuusioner
Ø  Teos
Ø  Artikel
Ø  Jurnal
Ø  Laporan studi
Ø  UU/PP/Permen
Ø  Kepmen
Ø  SNI
Ø  Dsb
Perumusan kesimpulan
selesai






Gambar 3. Diagram Alir Metoda Penelitian





































































BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1.  Analisis Tingkat Kerentanan
Dari  data  yan diteliti  perlu  dicermati  mengenai  fase  tahapan  –  tahapan  pada  proyek  yaitu Idea/Concept , Tahap Perencanaan Konstruksi ,Dokumen Perencanaan, Proses Pengadaan Pelaksanaa Konstruksi,   Evaluasi  Produk/ Pemanfaata Produk,   Operasi  dan Pemeliharaan  Dari  tahapan-tahapan   tersebut   dinilai  banyak   terkandung   faktor-foktor   penyebab   kerentanan bangunan dilihat dari perspektif sosio engineeringsystem.

Tabel 4.1.  Penilaian Kegagalan Konstruksi dan bangunan dari perspektif  socio  engineering system

Penilaian                                              Frekuensi                                    Persentase

Resiko
20
66,7
Tidak Beresiko
10
33,3
Total
30
100,0

Data  d atas  menunjukkan  bahwa  dari  30  responden,  20   66,  )  responden  menyatakan kegagala konstruks dari  perspektif    soci –  engineering  system  termasu kategori  beresiko terhadap   kegagalan   konstruksi.   Ini   dapat   diartikan   prilaku   /   socio   –   engineering   system menyumban kontribusi yangnegative terhadap dunia konstruksi dan perilaku manusia / pihak – pihak yang berperan  memiliki peranan yangcukup berarti dalam kegagalan bangunan.

4.2.  Model Kuantitatif Kegagalan Konstruksi
Analisis  Korelasi  Variabel  Kuantitatif  Model  Kegagalan  Konstruksi  digunaka untuk  mengujseberapa  kua hubungan  tuju variabel  kuantitatif.     Hasil  Uji  korelasi  selengkapnya   seperti disajikan pada Tabel  berikut.
Tabel 4.1. Hubungan Sub Fase Idea/Concept Di Lihat Dari Perspekti Socio Engineering System Terhadap Kegagalan Kontruksi DanBangunan

Idea/Concept
Kegagalan Kontruksi Dan Bangunan
Jumlah
OR  95 % CI
P-Value

Beresiko
Tidak Beresiko





Jml
%
Jml
%
Jml
%


Kurang Baik
13
65
6
60
19
63,3
1,238
0.789
Baik
7
35
4
40
11
36,7


Total
20
100
10
100
30
100



Tabel 4.2. Hubungan Sub Fase Tahap Perencanaan Konstruks dari Perspektif Socio Engineering System
Terhadap Kegagalan Kontruksi Dan Bangunan

Tahap Perencanaan
Konstruksi
Kegagalan Kontruksi Dan
Bangunan
Jumlah
O 95 % CI
P- Value

Berisiko
Tdk Berisiko





Jml
%
Jml
%
Jml
%


Kurang Baik
14
70
3
30
17
56,7
5.444
0,037
Baik
6
30
7
70
13
43,3


Total
20
100
10
100
30
100



Tabel 4.3. Hubungan Sub fase dokumen perencanaan dari Perspektif socio engineering system terhadakegagalan kontruksi danbangunan

Dokumen
Perecanaan
Kegagalan Kontruksi Dan
Bangunan
Jumlah
O 95 % CI
P-Value

Berisiko
Tdk Berisiko





Jml
%
Jml
%
Jml
%


Kurang Baik
14
70
3
30
17
56,7
5,444
0,037
Baik
6
30
7
70
13
43,3


Total
20
100
10
100
30
100



Tabel  4.4.  Hubunga Sub  fase  Proses  Pengadaan dari  kerentanan  socio  engineering  syste terhadakegagalan kontruksi danbangunan

Proses Pengadaan
Kegagalan Kontruksi Dan
Bangunan
Jumlah
OR  95 % CI
P-Value

Berisiko
Tdk Berisiko













Jml
%
Jml
%
Jml
%


Kurang Baik
14
70
2
20
16
53,3
9,333
0,010
Baik
6
30
8
80
14
46,7


Total
20
100
10
100
30
100



Tabel 4.5. Hubungan Sub fase Pelaksanaan Kontruksi dari Perspektif socio engineering system terhadakegagalan kontruksi danbangunan


Pelaksanaan
Kontruksi
Kegagalan Kontruksi Dan
Bangunan
Jumlah
OR  95 % CI
P-Value

Berisiko
Tdk Berisiko





Jml
%
Jml
%
Jml
%


Kurang Baik
13
65
3
30
16
53,3
4,333
0,070
Baik
7
35
7
70
14
46,7


Total
20
100
10
100
30
100



Tabel 4.6. Hubungan Sub fase Evaluasi Produk / Pemanfaatan Produ dari Perspektif socio engineering
system terhadap kegagalan kontruksi dan bangunan

Evaluasi Produk / Pemanfaatan
Produk
Kegagalan Kontruksi Dan
Bangunan
Jumlah
OR  95 % CI
P-Value

Berisiko
Tdk Berisiko





Jml
%
Jml
%
Jml
%


Kurang Baik
14
70
7
70
21
70
1,000
1,000
Baik
6
30
3
30
9
30


Total
20
100
10
100
30
100



Tabel 4.7. Hubungan Sub fase Operasi dan Pemeliharaa dari Perspektif socio engineering system terhadakegagalan kontruksi danbangunan

Operasi dan
Pemeliharaan
Kegagalan Kontruksi Dan
Bangunan
Jumlah
OR  95 % CI
P-Value

Berisiko
Tdk Berisiko





Jml
%
Jml
%
Jml
%


Kurang Baik
13
65
3
30
16
53,3
4,333
0,070
Baik
7
35
7
70
14
46,7


Total
20
100
10
100
30
100



Dari tabel hasil uji korelasi diatas terdapat tiga variabel yaitu :

Hasil uji statistik pada Sub fase Perencanaan Konstruksi  diperoleh nilai p = 0,037 (p-value 0,05). Karena nilai P-value 0,037 > 0,05, maka dapat disimpulkan  ada hubungan yang bermakna antara tahap perencanaan  dengankegagalan  kontruksi dan bangunan dan nilai OR = 5,444 artinya padTahap Perencanaan  Konstruksi  denganbeberapa sumber penyebab kerentanan  dari sikap/ prilaku yang kurang baik sebesar 5,4 kali beresiko terhadapkegagalan kontruksi dan bangunan jika dibandingkan dengan  sikap/ prilaku dari tahap perencanaan konstruksiyang baik.

Pada Sub fase Perencanaan Konstruksi faktanya tidak bisa dipungkiri fee atau komisi juga jual beli proye setia pekerjaa yan ada  di  pemerinta harus  menggunakan   fe ata komisi Baianggara APBN maupun  anggara APBD semua sama. Besarny fee atau komisi dalam setiaProye berbervarias tergantun dari besarnya  anggaran Mula dari  5%  sampa denga 20bahkan ada yang lebih dari 40%. Kalau tidak mengikutiataran ini tentu tidak akan mendapatkan pekerjaan.  Didasar ata tidak pengguna  jasa  tela mengambi resiko. Penggun jasa  turumemegang saham dalam kumulasi resiko.
Hasil uji statistik pada Sub fase dokumen perencanaan diperoleh nilai p = 0,037 (p-value 0,05). Dengan  demikian  dapat disimpulkan  ada hubungan  yang bermakna  antara  dokume perecanaan dengan kegagalankontruksi dan bangunan  dan nilai OR 5,444 artinya dokumen perecanaan yang kurang baik sebesar 5,4 kaliberisiko terhadap kegagalan  kontruksi dan bangunan   yang berisiko jika dibandingkan dengan dokumenperecanaan baik.
Pada Sub fase dokumen perencanaan faktanya dapat dilihat kerentanan  socio-engineerin systeterhadap   kegagalan   bangunan     yan timbu dar dokumen  perencanaan   sepert “Konsultan Perencana men subkontrakan pekerjaan Perencanaannya  kepada pekerja yang tidak profesional” sebesar   73,30%.   Keadaan   ini diperburuk   ole kepincangan   pengaturan   hubungan   primary consultant  dan secondar consultant ketidakseimbangan antara pembagia resiko dan imbalan, antara hak dan tanggung jawab. Maka diperlukan  kebijaksanaa segi profesionalism konsultan. Pad praktekny main  consultan mengadaka kerj sama  kepada  profesionalisme  sem yang penuh gamling dengan tujuan dapat menekan imbalan jasa
Hasil  uji statistik  pada  Sub fase  Proses  Pengadaan  diperoleh  nilai  p = 0,010  (p-value  < 0,05). Dengandemikian  hal ini dapat diartikan  ada hubungan  yang bermakna  antara proses pengadaan dengan  kegagalan  kontruks dan  bangunan  dan  nilai  OR  = 9,33 artiny pada  sub  fase  proses pengadaan  dengan  beberapa sumber  penyebab  kerentanan  dari sikap/ prilaku   yang kurang baik sebesar  9,3 kali beresik terhadap  kegagalan  kontruksi  dan bangunan  jika dibandingkan  dengan sikap/ prilaku dari proses pengadaan yang baik.
Pada  Sub  fase  Proses  Pengadaa hal  ini  dapat  diartika bahwa  dala sub  fase  pad proses pengadaan  banyak  terdapat  indikasi  –  indikasi  yang  mengakibatka kegagalan  kontruksi  dan bangunan. Banyak contohkasus yang terjadi pada proyek konstruksi  yang dapat memperkuat hasil dari  analisa  ini,  salah  satuny adalah persaingan  yan tidak  sehat  ,korupsi,  kolusi,  nepotisme(KKN)  kecurangan   dan  penyuapan   agar  memenangkan   tender  Pengadaan   Barang  dan  Jasa. Diantaranya dengan menggunakan cara – cara sepertimengondisikan peserta lelang  “ digugurkan” pada tahap evaluasi administrasi, membuat lelang dengan sistemarisan ( bergilir ), mengondisikan peserta  lelang yang hanya diikuti oleh beberapa  penyedia  jasa saja sertaindikasi  lainnya dalam persekongkolan dalam proses pengadaan. Tentunya hal ini merupakan penyimpangan yang dikategorikan  perbuatan  melakukan  praktik-prakti monopoli  dan  persaingan  usaha  yan tidak sehat  yan nantiny aka menyebabkan   kualita pembangunan   buruk sala satunya     dapat berdampak padakerentanan bangunan sehingga memunculkan resiko korban. Selain itjuga berdampa terhada ekonomi, lingkungan kesehata dan  keselamata manusia dampa pada inovasi,   eros budaya,   menurunnya   tingkat kepercayaan   kepad pemerintah,   kerugian   bagi perusahaan yang jujur, serta ancaman serius bagipekembangan ekonomi.





























BAB V
PENUTUP

5.1.  kesimpulan
Berdasarkan   hasil  penelitian   yan telah  dilakukan,   mak dapa diambi beberapa  kesimpulan sebagaiberikut:
Ø  Kerentanan   dari   socio   engineering   system   sangat   berpengaruh   terhadap   kegagalan kontruksi  dan bangunan  sangat  beresiko  sebesar   66,7  %)  dala arti  kat perilaku manusi  piha –  pihak yan berperan    memiliki  peranan  yang  cukup  berarti  dalakegagalan konstruksi dan bangunan.
Ø  Kegagala konstruksi     diliha dar persfekti soci engineering  system  tahapan  yang berpengaruhyaitu pada tahap perencanaan , dokumen perencanaan dan proses pengadaan. Sumber penyebabkegagalan kontruksi dari perspekti Socio  Engineering System dinilai yang  sangat  beresik yakn persainga yang  tida seha ,korupsi,  kolusi,  nepotisme(KKN da penyuapa aga memenangka tende Pengadaa Barang  da Jas dinilai ( 90,00% ), Terjadinya persekongkolan  dengan Owneruntuk mengatur harga penawaradiluar prosedur pengadaa (80,00 %), Keinginan  Owner untukmeraih keuntunga yang tidak norma ( Fee Proyek  ) denga meneka imbala jasa dari konsulta Perencan Kontraktor diluar kontrak yang telah disepakati (76,7%)
5.2.  Saran







DAFTAR KEPUSTAKAAN

Carper, Kenneth L. ed.1989. Forensic Engineering. Elsevier Science Publishers. New York.
Cartlide    dan  Mehrtens.    1982. Practical    Cost  Planning     Guid fo surveyors    and architects.
Hutchinson & Co (Publisher) Ltd. London.
Chapman,C. 1997. Project Risk Analysis and Management  PRAM the Generic
Cooper, D. dan Chapman, C. 1993. Risk Analysis For Large Project. First Edition. Cooper, D. Grey, S. Raymond,G. dan Walker,P. 2005. ProjectRisk Management
Djojosoedarso, Soeisno. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi. Edisi Pertama.
Ervianto, Wulfram. 2009. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi. Yogyakarta.
Gray,C.F dan Larson,E.W. 2000. Project Management. First Edition. Irwin Mc Graw-Hill, Boston. Guidelines. John Wiley & Sons Ltd., England.
Guilford,J.P., B. Fruchter (1981), Fundamental Statistics In Psychology And  Education, Tokyo: McGraw-
HillKogakusha, Ltd.
Hartanto, Agnes Olivia (2006) Model pengaruh faktor laten terhadap perilaku pekerja pada cacat konstruksi.
Master thesis, Petra Christian University
John Wiley & Sons, Ltd. 2008, The Atrium, Southern Gate, Chichester, PO19 8SQ, England (Wiley”) Kerlinger, F. N dan Lee, H. B .2000.Foundation of Behavioral Research (Fourth Edition), USA ; Holt,
Reinnar & Winston. Inc
Kerzner Harold, 2001. Project Management: A System to Planning, Scheduling and Controlling, (7 th
Edition , John Wiley & Sons), hal. 3.
Oyfer. 2002. Multiple Sources Construction Failures and Defects
PMI ( Project Managemen Institute, Inc ). 2004 . A Guide To The Project Managemen Body Of Knowledge
( PMBOK), 3 rd edition, Newtown Square, Pennsylvania, USA.
Pranoto. 1997. Faktor kegagalan konstruksi. dalam Kurniawan, Y.T., 2012. Simulasi 1-D Banjir Akibat
Keruntuhan Bendungan Alam (Studi Kasus Bencana Banjir Bandang di Sungai Kaliputih Kabupaten
Jember tahun 2006). Thesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Process . International Journal of Project Magement, Vol.15. No. 5.
Ramli, Samsul. 2013. Bacaan Wajib Para Praktisi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta : Visimedia. Republik Indonesia. 1999.Undang  undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 1999. Undang  undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sekretariat Negara. Jakarta
Republi Indonesia. 1999 Undan –  undan Tinda Pidan Korups Nomor  31  Tahun  199 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan Hidup, dan Pelaksanaannya. SekretariatNegara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Presiden Nomor   54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.


Republik Indonesia. 2011. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010tentang Pengadaan Barang/Jasa PemerintahSekretariat Kabinet RI. Jakarta.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Republik Indonesia. 2013. Keppres No. 80/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
Shahab, Hamid. 1996, Langkah Memperkecil Risiko Dalam   Pembangunan, Cetakan Pertama, Penerbit
Djambatan, Jakarta.
Soeharto. 1999.Manajemen Proyek 1. Erlangga. Jakarta. Soeharto. 2001. Manajemen Proyek 2.Erlangga.
Jakarta.
Sunarti, E.  2009.  Analisis  Kerentanan Sosial  Ekonomi Penduduk da Wilayah  untu Analisis Resiko Bencana.  Makala disampaikan sebaga baha Penyusunan  Rencan Nasiona PenanggulangaBencana Indonesia 2009-2013.
Susanto Hendra & Makmur Hediana. 2013. Auditing Proyek-proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi Offset. Suswinarno. 2013. MengantisipasiRisiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Visimedia Suwandi. 2010. Kajian Manajemen Resiko pada Proyek denganSistem Kontrak Lump Sum dan Sistem
Kontrak Unit Proc(Studi Kasus : Proyek Jalan dan Jembatan, Gedung, Bangunan Air). Tesis Program
Pascasarjana Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Semarang.
Tumilar.    2006.  Latar    belakang    dan    Kriteria    dalam    Menentukan    Tolok    Ukur    Kegagalan
Bangunan.HAKI.Jakarta.
Vickynasyon, 2002, Total Project Risk in Construction. New Y

Tidak ada komentar:

Posting Komentar